Kamis, 02 April 2015

TUGAS 3 TRANSLASI MATA UANG ASING



KASUS 6-2

Mengatur investasi lepas pantai (Offshore) : Mata uang siapa ?

Offshore Invesment Fund (OIF) bergerak di Firefield, Connecticut, yang hanya bertujuan untuk memberi jalan bagi para pemegang saham AS untuk berinvestasi dalam sekuritas Spanyol. Dana yang digunakan terdaftar dalam NewYork Stock Exchange (Bursa Sahan NewYork). Perwakilan nya adalah Shady Rest Bank and Trust Company Of Connecticut (“Shady Rest”), yang menjaga pembukuan dana. Pertanyaan untuk mata uang mana yang akan digunakan yang langsung muncul. Shady Rest telah mempersiapkan buku neracanya dalam satuan Euro, karna dananya merupakan dana Negara yang ditanamkan hanya untuk sekuritas yang di daftarkan pada Madrid Stock Exchange. Sesudah itu, auditor keuangan menyatakan bahwa mereka, mata uang fungsional haruslah Dollar AS. Kasus ini di dasarkan pada kejadian nyata. Nama-nama dan Negara asal telah diganti.


PENGARUH KEPUTUSAN

Keputusan untuk menggunakan dollar AS sebagai mata uang fungsional untuk keuangan menciptakan kebingungan manajerial yang besar. Memang, pekerjaan penulisan ulang dan pengerjaan ulang transaksi akuntansi merupakan tugas yang sangat besar yang menghambat publikasi laporan keuangan tahunan. Konsep mata uang fungsional merupakan sebuah konsep asing di Spanyol, dan pengaruh dari pilihan mata uang fungsional  tidak jelas bagi para manajer. Akibatnya, tidak sampai bulan November mereka akhirnya mulai merasakan pengaruh pilihan mata uang pada hasil-hasil keuangan.

Kesulitan lain yang disebabkan oleh pilihan mata uang adalah :

a.       Shady Rest, dengan sekitar $300 Milyar dalam berbagai bentuk dana di manajemen, masih belum mengembangkan sistem akuntansi multi mata uang yang memadai. Sedangkan akuntansi untuk akuisisi sekuritas biasanya akan dicatat dalam sebuah masukan pembukuan sederhana, 3 masukannya diperlukan saat ini. Selain itu, pembeyaran uuntyuk pembelian sendiri bisa mempengaruhi laporan laba-rugi pada periode yang sedang berjalan.

b.    Masalah-masalah yang serius yang berhubungan dengan oprasi harian. Ketika sebuah transaksi dilakukan, manajer keuangan tidak mengetahui pengaruh keuangannya. Sebagai contoh, selama tahun pertama oprasi, manajer keuangan yakin bahwa penjualan portofolio telah menghasilkan keuntungan $1 juta. Ketika penjualan akhirnya muncul di laporan, keuntungan transaksi tertutup oleh kerugian mata uang sebesar $7juta .


PERTIMBANGAN UNTUK MEMILIH DOLLAR SEBAGAI MATA UANG FUNGSIONAL

Para auditor memberikan pertimbangan berikut untuk memilih dolar sebagai mata uang fungsional :

a.       Penggunaan di Amerika Serikat
b.      Didanai dengan modal pemegang saham AS
c.       Dividen ditentukan dan dibayarkan dalam Dolar AS
d.      Pelaporan keuangan menurut GAAP AS. Dan dalam dolar AS
e.     Pembayaran administrasi dan laporan dihitung dalam asset bersih AS. Dan dibayarkan dalam dolar AS.
f.       Sebagian besar beban terjadi dan dibayarkan dalam dolar AS.
g.      Catatan akuntansi disimpan dalam dolar AS.
h.      Terkena pajak AS, SEC, Dan Regulasi Exchange Act tahun 1940.

Oleh karena keuangan diatur untuk diinvestasikan di Spanyol, dianggap bahwa pemegang saham Amerika Serikat tertarik dalam pengaruh perubahan tingkat translasi pada arus kas dan ekuitas dana; yaitu, Pemegang saham tidak berinvestasi di sekuritas Spanyol hanya karna hasil-hasil yag menarik, tapi juga karna memainkan permainan mata uang yang akan langsung mempengaruhi pengukuran arus kas dan ekuitas.


SUDUT PANDANG MANAJEMEN

Pihak manajemen tidak setuju dengan para auditor. Berikut ini bantahannya :

a. Penggabungan di Amerika Serikat dengan pemegang saham Amerika Serikat. FAS 52 jelas-jelas menyatakan bahwa mata uang fungsional harus ditentukan ole “lingkungan ekonomi utama dimana entitas tersebut beroperasi alih-alih oleh rincian teknis penggabungan”. Dengan cara yang sama, FAS 52 tidak menyatakan fakta bahwa perusahaan dimiliki pemegang saham AS dan membayarkan dividen dalam dolar AS yang relevan. Sebenarnya, FAS 52 lebih mengkhawatirkan regulasinya sendiri dengan perusahaan dan manajemennya alih-alih pemegang sahamnya.

b. Pelaporan keuangan dalam dolar AS menurut GAAP AS. Para auditor gagal membedakan pelaporan antara mata uang dan mata uang fungsional. Jelas bahwa dolar AS harus menjadi mata uang untuk pelaporan, tapi hal itu saja tidak berarti bahwa dolar AS merupakan mata uang fungsional.

b. Pembayaran beban tertentu dalam dolar. Pembayaran beban dalam dolar AS bukanlah alas an untuk menjadikannya sebagai mata uang fungsional. Sementara beban yang bernilai $8 juta untuk tahun 2007 terjadi dalam dolar AS, pendapatan lebih dari $100 juta didapatkan dalam Euro.

c. Pajak AS dan regulasi SEC. pertimbangan ini relevan untuk mata uang pelaporan, bukan mata uang fungsional

Argumen  yang menentukan terhadap penggunaan dolar sebagai mata uang fungsional adalah bahwa dengan melakukannya tidak memberikan informasi yang dalam bahasa FAS 52, “secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi yang diharapkan akibat perubahan nilai tukar pada arus kas dan ekuitas suatu perusahaan”. Secara khusus, arus kas yang berasal dari kegiatan operasi dari dana sepenuhnya terletak di Spanyol setelah transfer awal dana yang dikeluarkan oleh modal dikumpulkan. Dana yang digunakan untuk membeli dan menjual investasi di Spanyol, dan menerima semua pendapatannya dari Spanyol. Jika mata uang fungsionalnya menggunakan euro, fluktuasi mata uang yang dicapai hanya diakui ketika uangnya dikembalikan ke Amerika Serikat. Praktik yang ada dalam “merealisasikan” laba atau kerugian translasi ketika, sebagai contoh, kas di Spanyol ditranslasikan untuk investasi yang dibeli di Spanyol akan salah dan menyesatkan.

Ambil sebuah contoh. Anggaplah bahwa perusahaan menanamkan EUR100.000.000 di sebuah bank Spanyol ketika nilai tukarnya adalah EUR1=$0,8496. Satu minggu kemudian ketika nilai tukarnya adalah EUR1= $0,8393 yang dicairkan pada hari yang sama, memutuskan bahwa investasinya tidak bijaksana. Dengan mengabaikan biaya transaksi, mereka memiliki EUR 100.000.000 di Madrid pada awal dan akhir minggu. Jika mata uang fungsionalnya adalah Euro, tidak ada laba/rugi yang terealisasai. Namun, translasi ke dolar yang menyebabkna kerugian mata uang sebesar $ 1.030.000, yang hanya akan dicapai ketika jumlahnya dikembalikan ke Amerika Serikat. Hal ini dapat disamakan dengan pembelian saham yang kemudian harganya jatuh. Jika dolar AS merupakan mata uang fungsional, transaksinya akan berakhir dengan kerugian terealisasi sebesar $ 1.030.000. hasil ini tidak masuk akal menurut pandangan arus kas manapun. Sebenarnya, hal ini menggaris bawahi bahwa, dengan tujuan mereka, pengaruh pada laba-rugi yang dilaporkan dengan menggunakan dolar AS sebagai mata uang fungsional sangat tidak masuk akal

Nilai asset bersih ditentukan setiap minggu dalam dolar AS, dan dilaporkan kepada pemegang saham dalam dolar AS. Hal ini sepenuhnya sesuai dengan menggunakan dolar AS sebagai mata uang pelaporan yang tepat. Dengan menggunakan dolar sebagai mata uang fungsional menyatakan bahwa ada pilihan yang realistis dan praktis pada setiap transaksi pergerakan antara dolar dan euro. Anggapan ini sangat salah, 
Dana hanya akan mengembalikan modal dasarnya dalam dua kondisi yaitu : 1. likuidasi.  2. Sebagai sebuah cara sementara jika hasil Spanyol turun dibawah hasil AS.


DORONGAN UMUM TENTANG FAS 52

Bahasa FAS 52 menunjukkan bahwa penulisannya tidak menuliskan dengan referensi langsung  pada situasi seperti pada Offshore Investment Fund yang merupakan sebuah perusahaan yang menambahkan uang untuk tujuan tunggal menanamkannya di Negara lain. FAS 52 nampaknya ditulis dari sudut pandang perusahaan operasional yang terpisah dan jauh.

FAS 52 menegaskan mata uang fungsional dari sebuah entitas sebagai mata uang dari lingkungan ekonomi utama dimana entitas tersebut beroperasi. Anggaplah yayasan tersebut digabungkan di Malta dan sebagai sebuah entitas terpisah, meminjam dana dari induk perusahaan di AS, tempat akan terjadi dengan sendirinya. Jika hakikatnya adalah untuk menang atas bentuk, seseorang harus menyimpulkan bahwa euro harus tetap digunakan.

Paragraph 6 dari FAS 52 menyatakan, “untuk sebuah entitas dengan operasi yang mandiri dan berada dalam sebuah Negara tertentu, mata uang fungsional biasanya adalah mata uang Negara tersebut”. Pernyataan ini memperkuat aspek operasional yang mengatur pemilihan mata uang fungsional sangat salah untuk menyangkal bahwa operasi yayasn dilakukan di mana saja di Spanyol.

Paragraf 8 memperkuat anggapan bahwa “penilaian manajemen akan diperlukan untuk menentukan mata uang fungsional di mana hasil-hasil keuangan dan hubungan penggunaan mata uang diukur dengan tingkat relevansi dan relialibilitas tertinggi”.

Yang terakhir, paragraf 80 dan 81 menarik perbedaan yang sangat jelas yang memperkuat anggapan kita (manajemen). Paragraph 80 berisi :

Pada kelas pertama adalah operasi yang mandiri dan berada dalam sebuah Negara atau lingkungan ekonomi tertentu. Operasi harian yang bergantung pada lingkungan ekonomi dari mata uang fungsional induk perusahaan, operasi asing hanya menghasilkan dan membelanjakan mata uang asing. Arus kas bersih mata uang asing yang dihasilkannya bisa diinvestasikan kembali dan diubah serta diberikan kepada induk perusahaan. Untuk kelas ini, mata uang asing merupakan mata uang fungsional.

Definisi ini harus dibandingkan dengan paragraph 81, yang menyatakan :

Pada kelas kedua… operasi harian bergantung pada lingkungan ekonomi mata uang induk perusahaan, dan perubahan pada pengaruh langsung asset dan kewajiban individu dari entitas asing pada arus kas induk perusahaan. Untuk kelas ini, dolarAS merupakan mata uang fungsional.

Jawaban :

Menurut pendapat kami mata uang yang digunakan yaitu Euro, jika mata uang fungsionalnya adalah euro, tidak ada laba atau rugi yang terealisasi. Namun, translasi ke dolar menyebabkan kerugian mata uang sebesar $1.030.000, yang hanya akan dicapai ketika jumlahnya dikembalikan ke Amerika Serikat. Hal ini dapat disamakan dengan pembelian saham yang kemudian harganya jatuh. Jika dolar AS merupakan mata uang fungsional, transaksinya akan berakhir dengan kerugian terealisasi sebesar $1.030.000. hal ini tidak masuk akal menurut pandangan arus kas manapun; sebenarnya, hal ini menggaris bawahi bahwa dengan tujuan mereka pengaruh pada laba-rugi yang dilaporkan dengan menggunakan dolar AS sebagai mata uang fungsional sangat tidak masuk akal.

FAS No. 52 menegaskan mata uang fungsional dari sebuat entitas sebagai mata uang dari lingkungan ekonomi utama di aman entitas tersebut beroperasi. Anggaplah yayasan tersebut digunakan di Matla dan sebagai sebuah entitas terpisah, meminjam dana dari induk perusahaannya di AS, penggunaan mata uang setempat akan terjadi dengna sendirinya. Jika hakikatnya adalah untuk menang atas bentuk, seseorang harus menyimpulkan bahwa euro harus tetap digunakan.


TUGAS 2 TRANSLASI MATA UANG ASING



LATIHAN

10.  Neraca awal perusahaan yang memiliki 100% saham anak perusahaan asin terdiri atas 2 akun sebagai berikut, kurs mana – kurs saat ini, kurs historis atau kurs rata-rata yang akan digunakan untuk mentranslasikan akun tersebut terhadap mata uang induk perusahaan dengan asumsi bahwa mata uang asing adalah mata uang fungsional ? kurs manakah yang akan digunakan jika mata uang induk perusahaan adalah mata uang fungsional ?

Akun Neraca

Kas                                                                 Saham biasa
Sekuritas yang dapat dijual (biaya)                Premium saham biasa
Piutang dagang                                               Laba ditahan
Persediaan (pasar)                                          Penjualan
Peralatan                                                         Pembelian
Akumulasi penyusutan                                   Biaya penjualan
Biaya dibayar di muka                                   Beban umum dan administrasi
Goodwill                                                        Beban penjualan
Utang dagang                                                 Depresiasi
Utang induk perusahaan (dolar)                     Amortisasi goodwill
Utang obligasi                                                Beban pajak penghasilan
Utang pajak penghasilan                                Beban bunga internal perusahaan
Pajak penghasilan tangguhan


Jawaban :

Jika mata uang pelaporan induk perusahaan merupakan unit pengukuran laporan keuangan yang ditranslasikan (sudut pandang induk perusahaan), sangat disarankan untuk mengakui keuntungan atau kerugian translasi laba sesegera mungkin.

a. Aset dan kewajiban serta non moneter bernilai pada harga pasar saat itu di translasikan menggunakan nilai tukar yang berlaku pada saat laporan keuangan; item non moneter lain nya dan modal di translasikan pada modal kurs historis.

b. Pendapatan dan beban di translasikan menggunakan nilai tukar rata rata untuk periode kecuali item yang berhubungan dengan item non moneter (contoh : Biaya penjualan, dan beban depresiasi) yang di translasikan menggunakan kurs historis.

c. Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing di refleksikan dalam pendapatan lancar.

Berdasarkan alasan alasan diatas dapat disimpulkan bahwa jika mata uang induk perusahaan adalah mata uang fungsional, maka kurs yang digunakan adalah kurs historis.


11.   Pada 15 Desember, MSC Corporation mendapatkan perusahaan afiliasi pertama dengan memiliki 100 persen aset bersih Armaselah Oil Company yang berbasis di Saudi Arabia dengan membayar 930 juta real Arab (SAR). Pada saat itu, nilai tukar adalah $1,00=SAR3.750.

Harga kepemilikan dapat dilihat dalam aset yang terindentifikasi di bawah ini:

Kas                    SAR60.000.000
Persediaan              120.000.000
Aset Tetap             750.000.000

Berdasarkan kalender tahunan perusahaan, MSC Corporation mempersiapkan laporan keuangan gabungan setiap 31 Desember. Akan tetapi, saat laporan dibuat, real Arab Saudi telah menurun menjadi $1,00=SAR4.125.

Diminta:

a. Asumsikan bahwa tidak terjadi transaksi sebelum penggabungan, bagaimana pendapatan atau kerugian translasi mata uang asing pada neraca Armaselah jika ditranslasikan terhadap dolar dengan metode kurs sementara?

b. Bagaimana penyesuaian translasi mata uang asing memengaruhi arus kas.

c.  Penyesuaian seperti apa yang dibutuhkan untuk akun Armaselah agar memungkinkan Anda untuk membandingkan laporan keuangan tersebut dengan perusahaan lain dalam bidang industri yang sama menggunakan metode translasi mata uang asing kurs saat ini per IAS 21?

Jawaban :

a. Diasumsikan bahwa tidak adanya transaksi pada tanggal 15 Desember (sebelum digabung) berarti transaksi terjadi setelah penggabungan yang artinya transaksi terjadi setelah nilai tukar dolar terhadap real turun yaitu 15=4,125 SAR, maka pada neraca konsolidasi Armasaleh tanggal 31 Desember terjadi kerugian sebesar 6.000.000 SAR karena nilai tukar dolar ke real menurun menjadi 4.000 real.

b. Penyesuaian transaksi mata uang asing mempengaruhi arus kas MSC Corp karena menyebabkan keuntungan karena pada saat membeli nilai tukar dolar ke real lagi rendah jadi murah.

c. IAS 21 membutuhkan bahwa laporan keuangan anak perusahaan lokal disajikan ulang untuk inflasi terlebih untuk translasi mata uang asing terhadap mata uang induk perusahaan. dimana perusahaan memiliki lebih dari satu operasional yang berbeda dan terpisah (seperti cabang atau devisi), setiap operasional mungkin dipertimbangkan sebagai sebuah kesatuan yang terpisah dengan mata uang fugsional tersendiri.


12.   Lihatlah laporan kembali laba-rugi milik Alcan pada halaman pertama bab ini dengan catatan, lalu jawablah pertanyaan berikut ini:

a. Efek mata uang mana yang dijelaskan dalam tiga paragraf Alcan yang mempengaruhi arus kas dan bagaimana?

b. Metode translasi mata uang asing mana yang digunakan oleh Alcan?

c. Sekarang Anda mengerti mengenai dasar penyesuaian mata uang asing, penyesuaian seperti apa yang akan anda gunakan dalam mendapatkan keuntungan pada Alcan dan bagaimana hal tersebut memengaruhi pola pengungkapan laba Alcan?

Jawaban :

a.  Efek nilai tukar mata uang dolar AS dengan Euro. Jika nilai tukar euro relatif tidak berubah terhadap mata uang negara lain, maka akan membuat harga produk Alcan relatif lebih murah terhadap produk almunium yang sipulpai dinegara lain. Hasilnya adalah peningkatan permintaan terhadap produk Alcan di Italia dan negara anggota Uni Eropa lainnya karena mengadopsi euro sebagai mata uang nasional mereka, oleh karena itu, volume penjualan dapat diantisipasi. Hampir serupa penurunan niali dolat Alcan yang tiba-tiba terhadap euro akan mengakibatka kerugian terhadap beban Alcan selanjutnya, seperti rencana pembuatan iklan di Italia dan seluruh anggota Uni Eropa tersebut.

b. Metode yang digunakan adalah metode pembukuan transaksi ganda untuk transaksi mata uang asing. Keuntungan dan kerugian pada transaksi yang direncanakan atau tidak juga dimasukkan ke dalam pendapatan.

c. Penyesuaian nilai tukar berhubungan dengan transaksi jangka panjang atar-perusahaan, dan transaksi ditujukan dan efektif untuk menjaga keuntungan investasi (menjaga operasional asing untuk menunjukkan aset bersih/posisi utang) dan komponen mata uang asing. (gagasan mengenai posisi aset utang atau utang yang ditunjukkan).



TUGAS 1 TRANSLASI MATA UANG ASING

PERTANYAAN DISKUSI

10.       Pada kondisi bagaimana translasi mata uang asing mempengaruhi inflasi asing?
            
            Jawaban :
      
       Translasi mata uang asing adalah proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Translasi hanyalah perubahan satuan unit moneter, misalnya pada sebuah neraca yang dinyatakan dalam pound Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS.

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Hubungan terbalik antara tingkat inflasi sebuah negara dengan nilai eksternal mata uangnya telah ditunjukan secara empiris. Sehingga menggunakan kurs saat ini untuk mentranslasikan biaya aset non moneter yang bertempat dalam kondisi yang cenderung ber inflasi akan menghasilkan mata uang domestik jauh dibawah nilai aslinya.

FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing

11.    Bagaimana metodologi translasi mata uang asing yang dijelaskan oleh FAS No. 52 berbeda dengan metode translasi mata uang asing di Inggris ? Bagaiman di negara anda ?
           Jawaban :

a. Translasi mata uang asing menurut FAS No. 52

FAS No. 52 mewajibkan penggunanan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili di lingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis.

b. Translasi mata uang asing di Inggris

Perbedaan utama standar di Inggris dengan di AS berkaitan dengan anak perusahaan yang berdiri sendiri di Negara-negara yang mengalami hiperinflasi. Laporan keuangan pertama-tama harus disesuaikan terhadap tingkat harga kini dan kemudian ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.

c. Translasi mata uang asing di Indonesia

Menurut kami translasi mata uang asing di Indonesia adalah sama dengan translasi mata uang di Inggris yaitu Laporan keuangan pertama-tama harus disesuaikan terhadap tingkat harga kini dan kemudian ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.

12.       Bagaimana perbedaan keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing di bedakan dengan metode kurs saat ini atau kurs sementara berdasarkan FAS. No. 52 dan apa alasan dari tiap perlakuan akuntansi tersebut .

             Jawaban :

      Perbedaan keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing

Jika sudut pandang mata uang lokal yang digunakan (sudut pandang perusahaan lokal), masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak perlu dilakukan. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba akan mendistorsikan hubungan keuangan yang asli dan dapat menyesatkan para pengguna informasi tersebut. Keuntungan atau kerugian translasi harus diperlakukan dari sudut pandang mata uang lokal sebagai oenyesuaian terhadap ekuitas pemilik.

Jika mata uang pelaporan induk perusahaan merupakan unit pengukuran laporan keuangan yang ditranslasikan (sudut pandang induk perusahaan), sangat disarankan untuk mengakui keuntungan atau kerugian translasi laba sesegera mungkin. Sudut pandang induk perusahaan melihat anak perusahaan luar negeri sebagai perluasan dari induk perusahaannya. Keuntungan dan kerugian translasi mencerminkan kenaikan atau penurunan euitas investasi asing dalam mata uang domestic dan harus diakui.

Keuntungan dan kerugian translasi mata uang asing

a.       Penangguhan

Perubahan nilai ekuivalen mata uang domestik dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri, tidak di realisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang lokal yang dihasilkan dari entitas asing. Penyesuaian translasi harus diakumulasikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.

b.      Penangguhan dan amortisasi

Penangguhan keuntungan atau kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat pos pos neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang akan ditangguhkan dan diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu dibebankan terhadap laba dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian terhadap beban bunga.

c.     Penangguhan Parsial

Keuntungan dan kerugian translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi, tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan, hal ini semata mata hanya karna merupakan keuntungan, tetapi mengabaikan terjadinya perubahan kurs.

d.      Tidak Ditangguhkan

Mengakui keuntungan dan kerugian translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Namun, memasukan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak kedalam laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi yang sangat signifikan apabila terjadi perubahan kurs nilai tukar.


Keuntungan dan kerugian translasi ini mencermintan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi dalam mata uang domestik dan harus diakui.



Jumat, 16 Januari 2015

PELANGGARAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI



Harian : Kompas, 2014
Tema  : Penyelewengan Anggaran
Judul  : Kejaksaan Agung Akui Hentikan Kasus Kredit Macet Bank Bukopin
Isi artikel    :                                         

JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus kredit macet Bank Bukopin senilai Rp 76 miliar yang penyidikannya dilakukan oleh Kejaksaan Agung dihentikan. Kasus ini sebelumnya telah dinyatakan masuk ke dalam tahap penyidikan sejak 2008.
Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Widyo Pramono mengaku, tidak mengetahui alasan dikeluarkannya surat perintah penghentian penyidikan (SP3) atas kasus tersebut. Menurut dia, penghentian penyidikan itu dilakukan sebelum ia menjabat sebagai Jampidsus.
"Saya tidak tahu alasaannya, sebab SP3 kasus itu bukan pada era saya dan direktur penyidikan bukan pada zaman Pak Suyadi (Direktur Penyidikan Jampidsus) sekarang. Tetapi, memang benar kasus itu sudah di-SP3," kata Widyo di kantornya, Kamis (11/12/2014).
Menurut dia, kasus itu dihentikan saat Jampidsus masih dipegang oleh Andhi Nirwanto yang kini menjabat sebagai Wakil Jaksa Agung. Saat itu, posisi Direktur Penyidikan dipegang oleh Syafruddin.
Meski begitu, Widyo mengungkapkan, bukan hal yang aneh bagi kejaksaan untuk menghentikan penyidikan atas sebuah perkara. Jika memang di dalam penyidikan itu tidak ditemukan bukti yang cukup kuat, maka wajar apabila perkara yang ditangani dihentikan penyidikannya.
Lebih jauh, ia mengatakan, kejaksaan tidak ingin mengambil resiko melimpahkan sebuah perkara ke pengadilan tanpa didukung bukti yang cukup kuat. Ia pun menegaskan, akan mengeksaminasi jaksa yang melimpahkan perkara ke pengadilan tanpa ada cukup bukti.
"Jadi gini, ketika perkara korupsi itu tidak memenuhi syarat maka itu kita usulkan kepada pimpinan untuk dihentikan. Sebelum dihentikan itu dikaji betul," tandasnya.
Kasus Bank Bukopin
Kasus ini berawal saat Direksi PT Bank Bukopin memberikan fasilitas kredit kepada PT Agung Pratama Lestari (APL) sebesar Rp 69,8 miliar pada 2004. Kredit itu dikucurkan dalam tiga tahap untuk membiayai pembangunan 45 unit alat pengering gabah pada Bulog Divre Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.
Rupanya, fasilitas kredit yang disalurkan itu tidak digunakan sebagaimana mestinya, seperti dalam pengadaan mesin. Mesin yang harus dibeli merek Global Gea buatan Taiwan, justru diganti dengan merek Sincui.
Akibat pemberian kredit itu, penyidik menyatakan, terjadi kredit macet di Bank Bukopin ditambah bunga sebesar Rp 76,24 miliar. Dalam kasus ini, Kejagung telah menetapkan 11 tersangka yang mayoritas merupakan pegawai Bank Bukopin dan seorang pihak PT APL.
Kabar penghentian perkara Bank Bukopin ini sudah terdengar sejak 2012. Saat itu, pihak Kejagung menyampaikan kesulitan dalam mendapatkan audit penghitungan kerugian uang negara dalam kasus tersebut dari BPK dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Dalihnya audit sulit dilakukan karena saham pemerintah di Bank Bukopin di bawah 50 persen.

Pembahasan Artikel :

Direksi PT Bank Bukopin memberikan fasilitas kredit kepada PT Agung Pratama Lestari (APL) sebesar Rp 69,8 miliar pada 2004. Kredit itu diberikan dalam tiga tahap untuk membiayai pembangunan 45 unit alat pengering gabah pada Bulog Divre Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan.
Dana kredit yang di berikan ternyata tidak digunakan seperti yang telah dianggarkan, mesin yang seharusnya di beli dengan merk yang bagus ternyata diganti dengan mesin yang lebih murah.  
Ternyata kasus ini menimbulkan kredit macet pada Bank bukopin dan disertai bunga nya sebesar Rp 76,24 miliar. Setelah diselidiki lebih lanjut, kejaksaan agung telah menetapkan 11 tersangka yang  mayoritas merupakan pegawai Bank Bukopin dan seorang pihak PT APL.
Kasus ini sebelumnya telah dinyatakan masuk ke dalam tahap penyidikan sejak 2008. Namun kasus ini telah mendapat surat perintah penghentian penyidikan (SP3) dari Kejaksaan Agung. Karena menurut Kejaksaan Agung jika memang di dalam penyidikan itu tidak ditemukan bukti yang cukup kuat, maka wajar apabila perkara yang ditangani dihentikan penyidikannya.
Dalam sebuah perkara yang diajukan ke pengadilan harus nempunyai bukti yang kuat, jika perkara korupsi tidak memenuhi syarat yang ditentukan, maka kita perkara itu harus di hentikan.
Jadi dalam kasus kredit macet pada Bank Bukopin ini akhirnya dihentikan karena tidak memenuhi bukti yang cukup kuat untuk di ajukan kepada Kejaksaan Agung. Karena pihak Kejaksaan Agung menyampaikan kesulitan dalam mendapatkan audit penghitungan kerugian uang negara dalam kasus tersebut dari BPK dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Dalihnya audit sulit dilakukan karena saham pemerintah di Bank Bukopin di bawah 50 persen.

Sumber :
http://nasional.kompas.com/read/2014/12/11/15013191/Kejaksaan.Agung.Ternyata.Hentikan.Kasus.Kredit.Macet.Bank.Bukopin


Jumat, 28 November 2014

TUGAS 10


Tugas Review Jurnal Mengenai Etika Profesi Akuntansi


Judul Jurnal     : Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik 

Penulis             : Unti Ludigdo



Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik : Sebuah Studi Interpretif

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan tuntutan untuk menghadirkan suatu proses bisnis yang terkelola dengan baik, sorotan atas kinerja akuntan terjadi dengan begitu tajamnya. Ini tidak dapat dilepaskan dari terjadinya beberapa skandal besar “malpraktik bisnis” yang telah melibatkan profesional akuntan.

Peristiwa bisnis yang melibatkan akuntan tersebut seharusnya memberikan pelajaran untuk mengutamakan etika dalam melaksananakan praktik profesional akuntansi. Krisis moral dalam dunia bisnis yang sangat fenomenal pada dekade terakhir ini adalah kasus “Enron”, yang di dalamnya melibatkan salah satu the big five accounting firm “Arthur Anderson”. Suatu kasus yang sedemikian kompleks, yang kemudian diikuti mencuatnya kasus-kasus oleh mencuatnya kasus-kasus besar lainnya.

Di Indonesia kasus-kasus serupa juga terjadi, misalnya kasus audit PT Telkom oleh KAP “Eddy Pianto & Rekan” (Media Akuntansi, 2003). Dalam kasus ini laporan keuangan auditan PT Telkom tidak diakui oleh SEC (pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat), dan atas peristiwa ini audit ulang diminta untuk dilakukan oleh KAP yang lainnya.

Bertolak dari kasus-kasus di atas, dan kemudian dihubungkan dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, akuntan seolah menjadi profesi yang harus paling bertanggung jawab. Dalam hal ini, karena peran pentingnya dalam masyarakat bisnis, akuntan publik bahkan dituduh sebagai pihak yang paling besar tanggungjawabnya atas kemerosotan perekonomian Indonesia. Bagaimanapun situasi kontekstual ini memerlukan perhatian dalam berbagai aspek pengembangan profesionalisme akuntan, termasuk di dalamnya melalui suatu penelitian.


1.2  Permasalahan

Penelitian ini berfokus pada permasalahan bagaimana praktik etika berlangsung di kantor akuntan publik.

1.3  Landasan Teori

Diskusi tentang etika telah berlangsung selama berabad-abad semenjak jaman Yunani kuno. Berbagai aliran pemikiran etika dalam mengkaji moralitas suatu tindakan telah berkembang sedemikian luasnya.

Berdasarkan historisnya, pemikiran-pemikiran etika berkembang meliputi aliran-aliran etika klasik yang berasal dari pemikiran para filosof Yunani, etika kontemporer dari pemikir Eropa abad pertengahan sampai abad 20-an, serta aliran etika dari pemikiran kalangan agamawan Islam yang selalu mengacu pada Al Qur’an dan As-Sunah.

Etika Yunani klasik berkembang dari nuansa interaksi antara manusia dengan alam menuju pemikiran etika yang lebih luas, di mana nuansa masyarakat yang hidup dalam suasana perniagaan juga mulai berkembang. Dengan segala variasinya, arus pemikiran etika di era Yunani klasik ini setidaknya tetap didasari oleh kerangka nilai akan keberadaan Tuhan sebagai sumber kebajikan dan kebahagiaan. Secara detail uraian etika ini terdapat pada Suseno (1997, 12-57).

Pandangan etika klasik ini kemudian tereduksi oleh kerangka pemikiran etika yang bersifat sekularistik, yang terutama berkembang sejak era pencerahan di Eropa sehingga dikenal aliran-aliran etika teleologi dan deontologi (Cryssides & Kaler, 1993; 91 dan Suseno, 1997; 179-181). Walaupun demikian di kalangan agamawan dan pemikir-pemikir keagamaan, pemikiran etika tetap berkembang dengan nuansa ketuhanannya. Ini dapat dicermati antara lain dari pemikiran kalangan voluntaris dan rasionalis dalam pemikiran Islam (Fakhry, 1996).

Untuk kalangan profesional, di mana pengaturan etika dibuat untuk menghasilkan kinerja etis yang memadai maka kemudian asosiasi profesi merumuskan suatu kode etik. Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik bagi masyarakat (Baidaie, 2000).


II. Metodologi


2.1  Metode untuk Mendapatkan Pemahaman


Untuk mencapai pemahaman yang memadai, penelitian ini mengembangkan suatu pertautan teoritis, yaitu :

a.      Ethnometodologi
b.      Strukturas
c.       Kecerdasan spiritual (SQ).

Pertautan ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam kategorisasi realitas praktik etika dan berbagai aspek yang melingkupinya. Ethnometodologi (yang merupakan metode yang berupaya untuk menjelaskan cara aktor melakukan sesuatu, seperti mendeskripsikan, mengkritik dan mengidealisasikan situasi tertentu) akan banyak digunakan dalam pengumpulan data. Teori strukturasi (Giddens, 2003), yang kemudian diperkuat dengan kecerdasan spiritual/SQ (Zohar & Marshall (2001), digunakan sebagai kerangka analisis.


2.2  Objek Penelitian


Penelitian dilakukan dengan latar kasus tunggal di sebuah KAP di Kota Malang (disebut KAP Drs. Madia Subakti). Obyek analisis pada penelitian ini adalah realitas organisasi KAP sebagai sebuah komunitas, yang di dalamnya terjadi interaksi antara individu dan struktur.


2.3  Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui :

a.      Wawancara mendalam
b.      Pengamatan berpartisipasi
c.       Dokumentasi

Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur, dan bersifat informal dalam berbagai situasi. Pengamatan berpartisipasi, dilakukan dengan mengutamakan keterlibatan peneliti di dalam proses aktifitas yang berlangsung di KAP selama rentang waktu empat bulan. Sementara dokumentasi dilakukan untuk mengungkap realitas sosial yang terjadi di masa lampau yang tercatat dalam suatu dokumen.


2.4  Teknik Analisis

Secara teknis proses analisis dilakukan baik pada saat maupun setelah pengumpulan data, dengan sistematika tiga langkah analisis bahan empirik.

a.      Peneliti melakukan reduksi data
b.      Peneliti melakukan analisis domain
c.       Penarikan kesimpulan, verifikasi dan refleksi

III. Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini adalah :

Pertama, dalam KAP ini, managing partner memiliki kekuatan perubahan yang kuat dalam organisasinya. Whilts dalam konteks organisasi, manajemen KAP ini lebih dalam iklim informal. Namun demikian, dalam rangka ESQ dapat dipahami bahwa pola informal yang dikembangkan di sini akan menjadi manifestasi dari Madia (sebagai seorang kepala) dimensi internal yang memiliki pandangan dan tindakan yang tidak selalu didasarkan pada konvensi tertentu, perilaku yang fleksibel, kecenderungan untuk mempertahankan kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, serta kecenderungan Madia untuk melihat hubungan antara banyak hal (untuk melihat dalam " holistik " arah).


Kedua, pola strukturasi tidak hanya bergulir dalam konteks interaksi antara manusia dan organisasi, tetapi juga dalam konteks pengaturan lingkungan sosial. Dengan pola informal yang dikembangkan dalam suatu KAP, praksis etika yang dikembangkan di sini adalah berasal dari upaya Madia sebagai kepala suku dan berbagi nilai yang dipegang olehnya bergulir pribadi. Sementara, upaya ini tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial diatasi dengan konteks ini individu dan organisasi. Praksis etika selalu terjadi karena adanya tekanan eksternal yang kuat, baik dari klien, pengguna, dan mereka yang memiliki minat dalam layanan ini akuntan publik ( bank dan petugas pajak ) dan juga tubuh penguasa di bidang akuntan publik ( IAI dan Republik Indonesia Departemen Keuangan ).


IV. Kesimpulan dan Keterbatasan

4.1  Kesimpulan

Dapat dicermati bahwa terdapat interaksi antara Madia dengan organisasi KAP di satu sisi dan antara Madia dan organisasi KAP dengan lingkungan sosialnya yang lebih luas sekaligus menunjukkan keharusan untuk memperhatikan konteks sistem sosial ganda dalam pemahaman strukturasi atas praktik etika. 

Madia mempunyai daya ubah yang kuat dalam organisasi, dan secara informal melakukan diseminasi nilai kepada staf-stafnya. Ini juga terkait dengan keadaan struktural organisasi yang pengelolaannya lebih bersifat informal. Walaupun demikian sesederhana apapun bentuknya, yang dipraktikkan Madia dan KAPnya kemudian juga dapat mempengaruhi praktik bisnis para kliennya.

Pemikiran dan tindakan etis Madia (dan kemudian terefleksi dalam tindakan organisasi KAP) selain muncul dari dimensi internalnya juga dipengaruhi lingkungan sosial yang lebih luas. Bagaimanapun dalam realitasnya, keberadaan profesi akuntansi sebagai penyedia jasa sangat dipengaruhi oleh keberadaan profesi lainnya dalam konteks sosial yang lebih luas seperti saat ini. Demikian pula yang terdapat pada diri Madia dan KAP Drs. Madia Subakti, di mana konteks sosial tersebut dapat mempengaruhi preferensi etikanya dalam pengambilan keputusan profesional.


4.2  Keterbatasan

Keterbatasan utama penelitian ini adalah jangka waktu pengamatan dan partisipasi di KAP yang relatif pendek, yaitu hanya empat bulan. Walaupun rentang waktu ini bukanlah sesuatu yang prinsip untuk dikemukakan sebagai keterbatasan, namun idealnya penelitian dengan ethnometodologi dilakukan dalam hitungan waktu yang lebih panjang (bahkan tahunan). 

Selain itu di luar keterbatasan utama tersebut dimungkinkan masih terdapat keterbatasan-keterbatasan lainnya, di mana peneliti tidak menyadari dan mengenalinya.



Sumber            :